Peran Media Massa Dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974
Dicky Prastya - Personal Name
Jajat Burhanuddin - Personal Name
Penelitian ini membahas tentang peran Suara Karya dalam pusaran
politik era Presiden Soeharto. Suara Karya terbit pertama kali pada
tanggal 11 Maret 1971 yang juga bertepatan dengan perayaan Surat
Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Tujuan diterbitkannya media ini
didasari untuk menaikkan elektabilitas Golongan Karya (Golkar) selaku
kendaraan politik Soeharto dalam memenangkan Pemilihan Umum
1971. Kehadiran Suara Karya mampu menjadikan Golkar sebagai
pemenang dengan raihan suara 62,8%. Usai pemilu, Suara Karya
kemudian berperan sebagai surat kabar yang berfungsi sebagai mediator
antara pemerintah dengan masyarakat. Melalui rubrik Tajuk Rencana,
Suara Karya menyuarakan berbagai kebijakan pemerintah dalam
pelaksanaan pembangunan yang juga menjadi jargon Orde Baru, mulai
dari kebijakan politik dan ekonomi. Selain itu, media ini juga menjawab
kritikan yang beredar di masyarakat melalui rubrik Tajuk Rencana.
Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dari Tajuk Rencana
Suara Karya dari Agustus 1971 hingga Januari 1974. Dari Tajuk
Rencana ini kemudian membentuk sebuah narasi yang menganalisis
tentang sikap Suara Karya dalam menanggapi kebijakan Orde Baru.
Melalui narasi ini, ditemukan kesimpulan bahwa Suara Karya termasuk
ke dalam kategori media partisan karena sikapnya cenderung membela
pemerintah. Pembahasan penelitian ini dibatasi hingga terjadinya
peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) yang sekaligus menjadi
akhir dari masa Rancangan Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Jilid I.
politik era Presiden Soeharto. Suara Karya terbit pertama kali pada
tanggal 11 Maret 1971 yang juga bertepatan dengan perayaan Surat
Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Tujuan diterbitkannya media ini
didasari untuk menaikkan elektabilitas Golongan Karya (Golkar) selaku
kendaraan politik Soeharto dalam memenangkan Pemilihan Umum
1971. Kehadiran Suara Karya mampu menjadikan Golkar sebagai
pemenang dengan raihan suara 62,8%. Usai pemilu, Suara Karya
kemudian berperan sebagai surat kabar yang berfungsi sebagai mediator
antara pemerintah dengan masyarakat. Melalui rubrik Tajuk Rencana,
Suara Karya menyuarakan berbagai kebijakan pemerintah dalam
pelaksanaan pembangunan yang juga menjadi jargon Orde Baru, mulai
dari kebijakan politik dan ekonomi. Selain itu, media ini juga menjawab
kritikan yang beredar di masyarakat melalui rubrik Tajuk Rencana.
Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dari Tajuk Rencana
Suara Karya dari Agustus 1971 hingga Januari 1974. Dari Tajuk
Rencana ini kemudian membentuk sebuah narasi yang menganalisis
tentang sikap Suara Karya dalam menanggapi kebijakan Orde Baru.
Melalui narasi ini, ditemukan kesimpulan bahwa Suara Karya termasuk
ke dalam kategori media partisan karena sikapnya cenderung membela
pemerintah. Pembahasan penelitian ini dibatasi hingga terjadinya
peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) yang sekaligus menjadi
akhir dari masa Rancangan Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Jilid I.
Ketersediaan
SS1909 | SKR SPI 1909 | Perpustakaan FAH (Skrispsi SPI) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
SKR SPI 19024
Penerbit
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta., 2019
Deskripsi Fisik
XVii. 141 hlm.,ilus.,25 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
SKR SPI
Informasi Detil
Tipe Isi
text
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
Dicky Prastya
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas